1.      NYERI
  a.      Dx : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
  Intervensi :
  ·         Observasi tanda-tanda vital
  ·         Kaji tingkat rasa nyeri
  ·         Atur posisi yang nyaman bagi klien
  ·         Beri kompres hangat pada daerah abdomen
  ·         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
  b.      Dx:  Nyeri b.d spasme otot , pergeseran fragmen tulang
  Intervensi :
  ·         Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
  ·         Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
  ·         Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
  ·         Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
  ·         Jelaskan prosedur sebelum memulai
  ·         Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif 
  c.       Dx: Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
  Intervensi :
  ·         Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
  Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
  ·         Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
  Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
  ·         Ciptakan lingkungan yang tenang
  Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
  ·         Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
  Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
  ·         Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
  Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
  ·         Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
  Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman
  ·         Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
  Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 
  d.      Dx : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
  Intervensi :
  Mandiri
  ·         Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
  Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
  ·         Pantau tanda-tanda vital
  Rasional : Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
  ·         Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku
  Rasional : Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
  ·         Kolaborasi:Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
  Rasional : Menurunkan nyeri.
  e.       Dx:  gangguan rasa nyaman nyeri b/d tidak pantasnya kontaminitas jaringan akibat trauma pada jalan lahir Karen alat 
  Intervensi :
  ·         Kaji tingkat nyeri
  ·         Observasi TTV
  ·         Lakukan teknik relaksasi distraksi
  ·         Kolab antibiotic
  ·         Rawat inkal atau kompres dengan anti septic
  ·         Lakukan septic aseptic saat melakukan tindakan Rasionalisasi.
  f.        Dx: Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung (gaster).
  Intervensi : 
  ·         Catat adanya keluhan nyeri epigastrik (sensasi ulu hati seperti terbakar/ panas), perih
  ·         Motivasi klien untuk tidak telat makan. Makan makanan ringan bila di antara waktu makan perut terasa perih.
  ·         Observasi ada keluhan lain yang menyertai seperti mual/ muntah, perut kembung.
  ·         Observasi tanda vital
  ·         beri obat-obatan sesuai program medis.
  g.      Dx:  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera.
  Intervensi :
  ·         Kaji terhadap nyeri dengan skala 0 – 5. 
  Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
  ·         Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus. 
  Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.
  ·         Berikan tindakan kenyamanan. 
  Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
  ·         Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi. 
  Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
  ·         Berikan obat antinyeri sesuai pesanan. 
  Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.
  h.      Dx:  Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi
  Intervensi :
  ·         Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
  ·         Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
  ·         Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
  ·         Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal 
  i.        Dx:  Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
  Intervensi :
  ·         Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. 
  ·         Bila terjadi nyeri panthom limb Beri analgesik ( kolaboratif ).
  ·         Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.
  2.      NUTRISI
  a.      Dx: Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
  Intervensi :
  ·         Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. 
  ·         Timbang berat badan klien. 
  ·         Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. 
  ·         Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi). 
  ·         Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering. 
  ·         Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien
  b.      Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan (resiko) berhubungan dengan masukan nutrient yang tidak adekuat, Outcome yang diharapkan.
  Intervensi :
  ·         Catat adanya keluhan mual/muntah, anoreksia
  ·         Anjurkan klien untuk modifikasi diit (porsi sedikit demi sedikit tapi sering)
  ·         Rencanakan pengaturan diit dengan libatkan klien dan ahli gizi (kebutuhan kalori, variasi menu)
  ·         Pantau intake nutrisi klien
  ·         berikan obat-obatan bila ada indikasi sesuai program
  c.       Dx: Nutrisi,kurang dari kebutuhan tubuh
  Intervensi :
  ·         Identifikasi factor yang menimbulkan mual/muntah
  ·         berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan/atau makanan yang menarik untuk pasien.
  d.      Dx: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
  Intervensi :
  ·         Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
  ·         Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
  ·         Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
  ·         Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
  ·         Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
  e.       Dx: Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
  Intervensi :
  ·         Observasi frekuensi peristaltic usus secara periodic
  ·         Observasi respon klien terhadap pemasukan nutrisi peroral, nasogastrik tube maupun parenteral
  ·         Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
  ·         Bantu dan berikan motivasi dan dukungan kepada klien dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisinya
  ·         Kolaborasi dengan dokter atau ahli gizi : 
  -          Tentukan kebutuhan kalori diit perhari
  -          Pemberian nutrisi parenteral
  -          Pemberian obat-obatan
  -          Evaluasi hasil laboratorium atau radiologi
  3.      ELIMINASI
  a.      Dx: Diare
  Intervensi :
  ·         Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).
  ·         Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.
  ·         Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.
  ·         Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.
  ·         Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
  ·         Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
  b.      Dx:  gangguan eliminasi BAB, konstipasi sampai dengan nyeri rektand atau penrema
  Intervensi :
  ·         Anjurkan banyak minum dengan ambulasi dinikolab pemberian laksatip
  Rasionalisasi :
  -          Banyak minum dapat mambantu melarutkan feses dengan ambulasi mengurangi kostipasi
  -          Melancarkan pembentukan feses yang lembek
  c.       Dx: Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rectum.
  Intervensi :
  ·         Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.
  Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
  ·         Observasi adanya distensi perut.
  ·         Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. 
  Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.
  ·         Berikan diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces
  ·         Berikan obat pencahar sesuai pesanan. 
  Rasional: merangsang kerja usus
  d.      Dx:  Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin.
  Intervensi :
  ·         Kaji system drainase urin dengan segera.
  ·         Kaji keadekuatan keluaran urin dan patensi system drainase.
  ·         Gunakan prosedur asepsis dan pembasuhan tangan ketika memberikan perawatan serta tindakan.
  ·         Pertahankan system drainase urin yang tertutup.
  ·         Jika irigasi diperlukan dan diresepkan, lakukan tindakan ini secara hati-hati dengan menggunakan larutan saline steril.
  ·         Bantu pasien dalam mobilisasi
  ·         Observasi warna, volume bau dan konsistensi urin.
  ·         Kurangi trauma dan manipulasi kateter, system drainase serta uretra.
  ·         Bersihkan kateter secara hati-hati.
  ·         Pertahankan asupan cairan yang adekuat
  e.       Dx:  gangguan eliminasi BAK sampai dengan trauma akibat p’ saluran
  Intervensi :
  ·         Observasi kandung kemih
  ·         Anjurkan BAB teratur
  ·         Berikan kompres hangat
  ·         Lakukan kaperisasi 
  Rasionalisasi :
  -          Kandungan kemih menjaga kontraksi atau involusi uterus
  -          Urine tertahan mengakibatkan terjadinya infeksi
  -          Relaksasi spring ter urinenan
  -          Blass yang para mengakibatkan terganggunya kontraksi dengan akolasi uterus dimana uterus tertekan oleh blass sehingga uterus terjepit dan mengakibatakan penanahan
  f.        Dx: Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan.
  Intervensi :
  ·         Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. 
  Rasional : mengetahui fungsi ginjal
  ·         Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
  ·         Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari. 
  Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
  ·         Pasang dower kateter. 
  Rasional membantu proses pengeluaran urine
  g.      Dx: Konstipasi
  Intervensi :
  ·         Observasi bising usus secara periodic
  ·         Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan sedikitnya 2 liter perhari bila tidak ada kontra indikasi
  ·         Tingkatkan aktivitas secara teratur
  ·         Untuk pemberian terapi yang sesuai, pemeriksaan penunjang yang diperlukan
  ·         Kolaborasi tim dietis untuk pemberian diit seimbang dan tinggi serat
  4.      OKSIGENASI
  a.      Dx :  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
  Intervensi :
  ·         Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. 
  Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
  ·         Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret. 
  Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
  ·         Kaji fungsi pernapasan. 
  Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
  ·         Auskultasi suara napas. 
  Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pneumonia.
  ·         Observasi warna kulit. 
  Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera
  ·         Kaji distensi perut dan spasme otot. 
  Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
  ·         Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. 
  Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.
  ·         Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. 
  Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
  ·         Pantau analisa gas darah. 
  Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
  ·         Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
  ·         Lakukan fisioterapi nafas. 
  Rasional : mencegah sekret tertahan
  b.      Dx: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan lokasi imsisi
  Intervensi :
  ·         Berikan preparat analgesic seperti yang diresepkan.
  ·         Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal untuk membantu pasien saat batuk.
  ·         Dorong penggunaan spirometer insentif jika terdapat indikasi
  ·         Bantu dan dorong ambulasi dini.
  ·         Bantu pasien untuk mengganti posisi dengan sering
  c.       Dx:  Penurunan curah jantung
  Intervensi :
  ·         Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien
  ·         Pantau pengeluaran urine catat jumlah dan karakteristik urine
  ·         Batasi aktivitas pasien melakukan hal-hal yang dapat menghindari kelelahan
  ·         Pemberian terapi oksigen
  ·         Pemberian obat diuretika, vasodilator, dihitalis, antikoagulan, pemberian cairan intravena
  5.      ISTIRAHAT/TIDUR
  a.      Dx: Ketidak  keseimbangan istirahat/tidur
  Intervensi :
  ·         Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
  ·         Mengatur lingkungan yang adekuat
  ·         Latihan fisik ringan memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot
  ·         Minum hangat sebelum tidur
  b.      Dx: Gangguan pola tidur
  Intervensi :
  ·         Identifikasi fktor penyebab gangguan tidur  dan cara mengatasinya
  ·         Ciptakan lingkungan yang tenang  kurangi kebisingan
  ·         batasi asupan cairan pada malam hari dan anjurkan berkemih sebelum tidur.
  ·         batasi waktu tidur siang.
  6.      AKTIVITAS
  a.      Dx: Takikardia sebagai respons terhadap aktivitas
  Intervensi :
  ·         Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas,catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
  ·         bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
  b.     Dx: Kelelahan umum ,penurunan kekuatan/ketahanan: mengalami keterbatasan aktivitas: depresi.
  Intervensi :
  ·         tingkatkan tirah baring/duduk.berikan lingkungan tenang:batasi pegunjungan sesui keperluan.
  ·         ubah posisi dengan sering,berikan perawatan kulit yang baik.
  c.       Dx : Kurang mampu merawat diri
  Intervensi :
  ·         Pastikan makanan yang tidak disukai
  ·         ciptakan lingkungan nyaman
  ·         observasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas keperawatan
  ·         kekuatan dan daya tahan menurun
  7.      PERSONAL HYGIENE
  a.      Dx:  Gatal - gatal 
  Intervensi :
  ·         Menyediakan tempat/ waktu tidur yang nyaman
  ·         Mengatur lingkungan yang adekuat
  b.      Dx: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
  Intervensi :
  ·         Ganti popok anak jika basah. 
  ·         Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol. 
  ·         Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. 
  ·         Observasi bokong dan perineum dari infeksi. 
  ·         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
  c.       Dx: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
  Intervensi :
  Mandiri
  ·         Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
  Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
  ·         Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan.
  Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
  ·         Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan.
  Rasional : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
  8.      PSIKOSOSIAL
  a.   Dx:  Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
  Intervensi :
  ·         Pertahankan agar lingkungan klien pada tingkat stimulaus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingakat kebisingan yang rendah)
  ·         Ciptakan lingkungan psikososial :
  -          sikap perawat yang bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan hangat)
  -          Bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur, tepat janji, empati dan menghargai.
  -          Tunjukkan perwat yang bertanggung jawab.
  ·         Observasi secara ketat perilaku klien (setiap 15 menit)
  ·         Kembangkan orientasi kenyataan :
  -          Bantu kien untuk mengenal persepsinya
  -          Beri umpan balik tentang perilaku klien tanpa menyokong atau membantah kondoisinya
  -          Beri kesempatan untuk mengungkapkan persepsi dan daya orientasi
  ·         Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi :
  -          Kaji halusinasi klien
  -          Lakukan tindakan pengawasan ketat, upayakan tidak melakukan pengikatan.
  ·         Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.
  ·         Berikan obat-obatan antipsikotik sesuai dengan program terapi (pantau keefektifan dan efek samping obat).
  b.      Dx: Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adequat.
  Intervensi :
  ·         Ciptakan lingkungan terapeutik :
  -          bina hubungan saling percaya (menyapa klien dengan rama memanggil nama klien, jujur , tepat janji, empati dan menghargai).
  -          tunjukkan perawat yang bertanggung jawab
  -          tingkatkan kontak klien dengan lingkungan sosial secara bertahap
  ·         Perlihatkan penguatan positif pada klien.
  Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang sukar bagi klien.
  ·         Orientasikan klien pada waktu, tempat dan orang.
  ·         Berikan obat anti psikotik sesuai dengan program terapi.
  c.    Dx: Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi dan kesalahan interpretasi informasi .
  Intervensi :
  ·         Gali pengetahuan klien tentang diet dan proses penyakit
  ·         Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien
  ·         Jelaskan tentang proses penyakit dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
  ·         Tanya pasein tentang hal yang telah dijelaskan petugas
  d.   Dx: Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
  Intervensi :
  ·         Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
  ·         Menggunakan pakaian.
  ·         Berikan dukungan moral.
  ·         Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri
  9.      CAIRAN DAN ELETROLIT
  a.      Dx: Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
  Intervensi :
  ·         Observasi tanda-tanda vital. 
  ·         Observasi tanda-tanda dehidrasi. 
  ·         Ukur infut dan output cairan (balanc ccairan). 
  ·         Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. 
  ·         Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. 
  ·         Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
  b.     Dx: Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan yang tidak cukup, pengeluaran cairan yang berlebihan (muntah/mual)
  Intervensi :
  ·         Catat karakteristik muntah dan banyaknya pendaraha
  ·         Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)
  ·         Monitor intake dan output cairan
  ·         Tinggikan kepala selama minum obat
  ·         Berikan cairan jenuh/lembut jika masukan dimulai lagi, hindari minuman yang berkafein dan berkarbon
  ·         Pertahankan tirah baring
  ·         Kolaborasi dengan pemberian cairan sesuai indikasi
  c.       Dx : Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan lokasi imsisi operatif.
  Intervensi :
  ·         Berikan preparat analgesic seperti yang diresepkan.
  ·         Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal untuk membantu pasien saat batuk.
  ·         Dorong penggunaan spirometer insentif jika terdapat indikasi
  ·         Bantu dan dorong ambulasi dini.
  ·         Bantu pasien untuk mengganti posisi dengan sering.
  d.      Dx :  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
  Intervensi :
  Mandiri
  ·         Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
  Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
  ·         Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
  Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
  ·         Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan
  Rasional : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
