A. Konsep Dasar Medis Kanker Ovarium
1. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1) Alat kelamin luar
1) Mons pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simpisis pubis. Mons banyak mangandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua bulan sebelum wanita haid. (Rodriguez et al, 2006).
2) Labia mayora
Labia mayora sangat sensitis terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi. Hal ini di akibatkan adanya saraf – saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual. (Rodriguez et al, 2006).
3) Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari bawah kritoris ddan menyatu dengan fourchette. Sementara bagiian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan media labia minora sama dengan mukosa vagina : merah muda kemerahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus spesifik. Kelenjar – kelenjar labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya. Ruangan di antara labia minora disebut vestibulum. (Rodriguez et al, 2006).
4) Kritoris
Kelenjar sebasea kritoris menyekresi sigma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius dengan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Fungsi utama kritoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. (Rodriguez et al, 2006).
5) Prepusium kritoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian media dan lateral. Bagian lateral menyatu dibagian atas kritoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian media menyatu dibagian bawah kritoris untuk membentuk frenulum. Kadang – kadang prepusium menutupi kritoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti suatu muara yang dapat disalah artikan sebagai meatus uretra, bila perawat tidak mengidentifikasi struktur – struktur dalam vulva dengan seksama. Usaha memasukan kateter ke daerah yang sensitif ini dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman. (Rodriguez et al, 2006).
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. (Rodriguez et al, 2006).
7) Perineum
Perineum adalah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. (Rodriguez et al, 2006).
2) Alat kelamin dalam
a) Ovarium
Sebuah ovarium yang terletak disisi uterus, dibawah dan di belakang tuba falopi. Ovarium memiliki sal yang sama (homolog) dengan testis
Pada pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan hormon dan memproduksi hormon. (Rodriguez et al, 2006).
b) Tuba fallopi
Panjang tuba kira – kira 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah dan lapisan mukosa dibagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari bagian sel – sel kolumnar, beberapa di antaranya bersilia dan yang lain mengeluarkan sekret. Lapisan mokusa paling tipis saat menstruasi.
Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan – tonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fibria) menarik ovum kedalam tuba dengan gerakan – gerakan seperti gelombang. (Rodriguez et al, 2006).
c) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular pipih, cekung yang Nampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa berat uterus ialah 60 g (2 ons). Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan padat. (Rodriguez et al, 2006).
d) Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu endometrium. Miometrium dan peritoneum parietalis. Endometrium mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat berongga dan lapisan dalam padat menghubungkan endometrium dengan miometrium. Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang membentang ketiga arah (longitudinal, tranversal dan oblik). Peritoneum palietalis adalah suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks. (Rodriguez et al, 2006).
e) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Panjang serviks sekitar 2,5 – 3 cm. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Serviks pada wania nulipara mempunyai bentuk seperti kumparan yang hampir seperti kerucut bundar, dan agak padat. Karateristik serviks yang paling signifikan ialah kemampuannya merenggang pada saat melahirkan anak pervaginan. (Rodriguez et al, 2006).
f) Kanal
Dua kavum di dalam uterus disebut kanal serviks. Kanal uterus pada wanita tidak hamil ditekan oleh dinding otot yang tebal, sehingga kanal hanya merupakan suatu ruangan potensial, datar dan membentuk segitiga. (Rodriguez et al, 2006).
g) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu merenggang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina 7,5 cm sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. (Rodriguez et al, 2006).
b. Fisiologi
Wanita pada umumnya mempunyai dua indung telur, masing - masing di kanan dan kiri rahim. Ovarium terletak pada lapisan belakang Ligamentum Latum. Ovarium besarnya kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira - kira 4 cm, lebar dan tebal kurang lebih 1,5 cm. Sebagian besar ovarium berada diintraperitoneal dan tidak dilapisi peritoneal. Sebagian kecil ovarium berada didalam Ligamentum Latum, dan di sini masuk pembuluh darah darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang Ligamentum Latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :
1) Korteks disebelah luar yang diliputi oleh Epitelium Germinativum yang berbentuk kubik, dan didalam terdiri dari : Tunika Albugine, jaringan ikat di sela - sela jaringan lain, strome, Folikel, de Graaf dal sel-sel granulosum
2) Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh - pembuluh darah, serabut - serabut saraf, dan sedikit otot polos.
Adapun fungsi ovarium yaitu menghasilkan sel telur ( ovum ) yang matang, menghasilkan dan mensekresi estrogen, progesterone, dan ikut serta mengatur siklus haid. (Rodriguez et al, 2006).
3. Etiologi
Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium yaitu :
a. Riwayat kanker payudara
b. Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik)
c. Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.
d. Menarche dini
e. Diet tinggi lemak
f. Riwayat kanker payudara
g. Merokok
h. Alkohol
i. Penggunaan bedak talk perineal
j. Nulipara
k. Infertilitas
l. Tidak pernah melahirkan
m. Terapi penggantian hormon
4. Insiden
Hampir 25.000 kejadian kasus kanker ovarium dilaporkan setiap tahunnya. Diperkirakan 70 wanita akan mengidap kanker ovarium disepanjang hidupnya terutama wanita usia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium sifatnya asimtomatik, sulit dideteksi secara dini pasien (wanita) sering datang pada stadium lanjut. Kanker ovarium diperkirakan didiagnosa pada tahun 1997. sekitar 1% dari kanker ini terjadi pada pria. Adapun perbandingannya antara pria dan wanita ada 1 : 100. (Sofyan 2006.)
Insiden tinggi di negara barat dan lebih banyak pada populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini sering terjadi pada wanita dan menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Karena variasi dalam jaringan ovarium yang terjadi selama siklus menstruasi dan pasca menopause maka perubahan normal harus dibedakan dari perubahan-perubahan yang menunjukkan penyakit. Kebanyakan memperhatikan peningkatan nyeri tekan pada pelvis dan perut semakin membesar.
Kanker ovarium menduduki ururan kelima dari semua tipe kanker di Dunia, baik menurut penyelidikan bagian patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro), maupun registrasi yang terbaru. Kanker serviks uteri yang terbanyak, kanker payudara nomor 2 terbanyak dan kanker nasofarinks nomor 3, kanker uteri nomor 4 dan kanker ovarium nomor 5. Umur penderita kanker ovarium yang termula adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahuu dan terbanyak berumur 50-70 tahun. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Hal. 486)
5. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium yang bersal dari epitel permukaan tipe serosa 50 – 60%, tipe endometroid dan musinosa 10 – 20 %, tipe clear cell 5%, dan tipe tidak berdiffferensiasi 10 – 15%. Tipe musinosa paling sering ditemukan pada wanita usia tua dibanding tipe tipe serosa dan endometroid. jenis neoplasma jinak yang diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya perubahan hormon estrogen dan progesteron juga hormon hipofise yang biasanya mengakibatkan terjadinya inflamasi/peradangan saat imunitas tubuh menurun. (Wiknjosastro 2007. Hal 520). Tumor sel stroma berasal dari mesenkim ovarium dan menghasilkan hormon yang dapat berubah menjadi ganas tergantung tipe sel.
Sel tumor granulosa dengan atau tanpa komponen sel theoa tumor tersering pada kelompok ini. Thecoma jarang dan biasanya jinak. Keduanya .menghasilkan estrogen yang disebut mesenkim feminizing. Efeknya tergantung pada usia wanita, dapat terjadi pubertas prekots, pendarahan inter menstruasi atau pasca menopause. (Wiknjosastro 2007, Hal. 520)
6. Manifestasi Klinik
Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah :
a. Dispepsia
b. Menoragia
c. Menopause lebih dini
d. Rasa tidak nyaman pada abdomen.
e. Nyeri tekan pada pelvis
f. Lingkar abdomen yang terus meningkat
g. Sering berkemih (http://akperppnisolo/2008).
7. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan dengan :
a. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik.
b. Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.
c. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang
d. Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 12
e. X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam
f. Pencitraan lain
1) Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
2) Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
g. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam tubuh.
h. Scanning radioaktif.
i. Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan gelombang suara.
j. Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and Obstetricians) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
a) Stadium Ia : Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada ansietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan dipermukaan luar, kapsul utuh.
b) Stadium Ib : Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada tumor dipermukaan luar, kapsul intak.
c) Stadium Ic : Tumor dengan stadium Ia dan Ib tetapi ada tumor di permukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2) Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul.
a) Stadium 2a : Perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
b) Stadium 2b : Perluasan jaringan pelvis lainnya.
c) Stadium 2c : Tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asietas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif
3) Stadium III : Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tapi histologi terbukti meluas ke usus besar dan omentum.
a) Stadium 3a : Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
b) Stadium 3b : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
c) Stadium 3c : Implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4) Stadium IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
8. Penatalaksanaan
a. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).
b. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
c. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
9. Pencegahan
a. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan fisik pada daerah abdomen yang meliputi : Anamnesis penderita kelainan abdomen harus meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi.
1) Inspeksi
Baju pasien yang menutupi abdomen di tanggalkan, atur posisi pasien senyaman mungkin (Trandelembur). Abdomen diinspeksi terhadap kesimetrisan dan konsistensi. Kulit diinspeksi terhadap warna, pola venosa dan ketebalan atau edema. Eritema (kemerahan) dapat menunjukkan inflamasi lokal jinak atau invasi limfatik superfisial oleh neoplasma. Pola venosa yang menonjol dapat menandakan peningkatan suplai darah yang dibutuhkan oleh tumor. Edema kulit dapat terjadi akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga kulit nampak orange-peel yang merupakan tanda klasik dari kanker ovarium tingkat lanjut.
2) Palpasi
Kedua tangan bebas untuk melakukan palpasi pada daerah abdomen. Normalnya indung telur tidak terpalpasi jika organ tersebut tidak membesar. Ukuran, lokasi, mobilitas, konsistensi dan nyeri tekan pada daerah abdomen (ovarium).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
- Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006)
a. Dasar data pengkajian
1) Kanker/Post Operasi
2) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas, berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.
3) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD
4) Integritas ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
5) Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
6) Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
7) Neurosensori
Gejala : Pusing
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
9) Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10) Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
11) Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi seksual dini, herpes genital.
12) Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
13) Histerektomi/post operasi
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kerja aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh tidur tengkurap).
b) Sirkulasi
Gejala : Kongestis unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe)
c) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
d) Integritas ego
Gejala : Stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah, stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
e) Nyeri/keamanan
Gejala : Nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan abdomen. abdomen berat, nyeri pasca menopause biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
f) Keamanan
Tanda : Massa pada abdomen, edema, pada kulit sekitar .
g) Seksualitas
Gejala : Adanya pembengkakan : perubahan pada konsistensi. Perubahan pada warna kulit abdomen atau suhu, gatal, rasa terbakar atau abdomen meregang. Riwayat manarche dini (lebih mudah dari 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun) kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda : Perubahan pada konsistensi, kemerahan atau panas pada daerah abdomen. Terasa nyeri dan berat pada abdomen terus meningkat kemungkinan kanker, khususnya bila disertai sering berkemih).
b. Pemeriksaan laboratorium
· Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan kreatinin meningkat.
· Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
3) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak adekuat.
3. Intervensi
Adapun diagnosa yang timbul pada pasien pre operasi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan :
· Nyeri pada abdomen
· Bengkak pada abdomen
· Ekspresi wajah nampak meringis
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :
· Klien mengatakan nyeri hilang.
· Ekspresi wajah nampak ceria.
INTERVENSI | RASIONAL |
a) Kaji tingkat nyeri, lamanya lokasi dan skala intensitas nyeri. b) Monitor tanda-tanda vital. c) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam). d) Atur posisi yang menyenangkan e) Lanjutkan pemberian obat analgetik. | a) Mempermudah melakukan intervensi selanjutnya. b) Peningkatan TTV merupahan indikasi peningkatan intensitas nyeri. c) Teknik relaksasi dapat menghambat/mengurangi spasme otot. d) Memperlancar penekanan darah yang dapat mengurangi ketegangan dan memperlancar sirkulasi darah. e) Menghilangkan nyeri/ ketidaknyamanan |
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan:
· Frekuensi tidur menurun
· Konjungtiva pucat
· TD menurun
Tujuan : Konjungtiva nampak tidak anemis
Kriteria :
· TD dalam batas normal (120/80 mmHg).
· Frekuensi tidur klien meningkat (4 – 5 jam).
INTERVENSI | RASIONAL |
a) Observasi TTV b) Anjurkan keluarga klien untuk kompres air hangat sebelum tidur. c) Anjurkan untuk minum susu sebelum tidur malam. d) Atur posisi senyaman mungkin. e) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. | a) Mengetahui keadaan klien dan pedoman tindakan selanjutnya. b) Agar memberikan rasa nyaman pada saat tidur c) Agar dapat tidur lebih lama dan nyaman. d) Memudahkan klien beristirahat dengan nyaman. e) Agar klien dapat tidur dengan nyenyak. |
c. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak adekuat ditandai dengan :
· Peningkatan nyeri
· TTV abnormal
· Terdapat hecting.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria : Luka sembuh dengan sempurna, tidak ada komplikasi.
INTERVENSI | RASIONAL |
a) Observasi TTV b) Rawat luka secara septik dan aseptik. c) Ganti verban 1 x sehari atau sesuai kondisi luka d) App hecting 1 minggu setelah operasi atau sesuai keadaan luka. e) Lanjutkan pemberian obat antibiotik | a) Peningkatan TTV sebagai indikator terjadinya infeksi. b) Merawat luka secara steril menghindari terjadinya infeksi pada luka operasi. c) Mencegah infeksi. d) Jika hecting (benang) dibiarkan lama tidak sesuai pengobatan dapat menyebabkan infeksi silang. e) Menghilangkan atau mencegah infeksi. |
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu pasien atau orang terdekat menerima stress situasi atau prognosis, mencegah komplikasi, membantu program rehabilitas individu, memberikan informasi tentang penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Verney, 2005).
0 comments:
Post a Comment