A. Masalah Utama
Kerusakan interaksi social : menarik diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1998).
Kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif (Towsend, 1998). Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal 336).
Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal 53).
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).
2. Tanda Dan Gejala
a. Data Subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
b. Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2) Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3) Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
4) Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5) Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6) Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8) Posisi janin pada saat tidur.
3. Rentang Respon Sosial
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1) Menyendiri(Solitude)
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama (mutualisme)
adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4) Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal
b. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1) Menarik diri
merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4) Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5) Tergantung (dependen)
terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6) Curiga
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
4. Etiologi
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung.
Tanda dan gejala harga diri rendah :
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir
d. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
Selain itu terdapat beberapa faktor predisposisi (pendukung) dan factor presipitasi (pencetus) terjadinya gangguan hubungan sosial :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selam proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor sosial – budaya
Faktor sosial – budaya dapat menjadi faktor pendukugn terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
b. Faktor presipitasi (pencetus)
1) Stresor sosial – budaya
Stresor sosial – budaya dapat menyebabkan gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga yang labil.
2) Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (Menarik Diri).
5. Mekanisme Sebab Akibat
Sebab : Harga diri rendah yang kronis
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.
Akibat : Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito,1996)
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
Tanda dan gejala Halusinasi :
a. Bicara, senyum / tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Ketakutan.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Menarik diri, menghindari dari orang lain.
k. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
l. Muka merah kadang pucat.
m. Ekspresi wajah bingung.
n. Tekanan darah naik.
o. Nafas terengah- engah.
p. Nadi cepat.
q. Banyak keringat.
6. Karakteristik Perilaku
a. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
c. Kemunduran secara fisik.
d. Tidur berlebihan.
e. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f. Banyak tidur siang.
g. Kurang bergairah.
h. Tidak memperdulikan lingkungan.
i. Kegiatan menurun.
j. Immobilisasai.
k. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
l. Keinginan seksual menurun.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
7. DAFTAR MASALAH
No. | Data Fokus | Masalah | Etiologi |
1. | DO : - Berbicara dan tertawa sendiri - Bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu. - Berhenti berbicara di tengah kalimat seperti mendengar sesuatu. - Disorientasi. DS : - Pasien mengatakan : Mendengar suara – suara, melihat gambaran tanpa adanya stimulasi yang nyata, mencium bau tanpa stimulasi. | Perubahan Persepsi sensori halusinasi | Isolasi sosial |
2. | DO: - Tidur berlebihan - Tidak memeprdulikan lingkungan. - Kegiatan menurun, mobilitas kurang - Klien tampak diam, melamun dan menyendiri. DS : - Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang lain. | Gangguan isolasi sosial : menari diri | Harga diri rendah |
3, | DO : - Klien tampak lebih suka menyendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, menciderai diri/mengakhiri kehidupan. DS : - KLien mengatakan saya tidak bisa, saya tidak mampu, bodoh tidak tau apa – apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan rasa malu terhadap diri sendiri. | Harga diri rendah | Mekanisme koping tidak adekuat |
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Keliat, dkk.,(1998), prinsip penatalaksanaan klien menarik diri adalah :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
c. Beri klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
d. Dengarkan klien dengan penuh empati
e. Temani klien dan lakukan komunikasi terapeutik
f. Lakukan kontak sering dan singkat
g. Lakukan perawatan fisik
h. Lindungi klien
i. Rekreasi
j. Gali latar belakang masalah dan beri alternatif pemecahan
k. Laksanakan program terapi dokter
l. Lakukan terapi keluarga
Penatalaksanaan medis (Rasmun,2001) :
a. Obat anti psikotik
1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
c) Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
d) Kontra indikasi
e) Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2) Haloperidol (HP)
a) Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari -hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal.
c) Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
d) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
3) Trihexy phenidyl (THP)
a) Indikasi
Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal.
c) Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
d) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan klien degan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri tetap menggunakan proses keperawatan yang lazim digunakan pada klien dengan gangguan jiwa dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan data, perumusan masalah keperawatan, pohon masalah dan analisa data.
1) Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and Sundeen, 1995).
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai berikut
1) Identitas klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah : biodata yang meliputi umur, terjadi pada umur atara 15 – 40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada umumnya alasan masuk rumah sakit pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah keluhan kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat.
3) Faktor predisposisi
Pada umumnya faktor predisposisi pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien yang telah mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi ;
a) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : cenderung meningkat
Suhu : meningkat
Nadi : cenderung meningkat (takikardi)
Repirasi : bertambah
b) Ukuran
Berat badan : menurun
c) Keluhan fisik
Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat baan. Klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
5) Aspeks psikososial
a) Konsep diri
Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan, pemahaman dan keyakinan seseorang terhadap dirinya yang memperngaruhi hubungannya dengan orang lain dan pada umumnya klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan konsep diri seperti : tidak menerima salah satu bagian tubuhnya, merasa tidak berharga, hidup tidak berguna, tidak mampu mempertahankan kontak mata, sering memalingkan wajah, harga diri rendah, tidak mampu membentuk identitas diri dan tidak mampu berperan sesuai dengan umur atau profesinya.
b) Hubungan sosial
Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada umumnya klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam pergaulan.
6) Status mental
a) Penampilan
Pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri berpenampilan tidak rai, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi.
b) Pembicaraan
Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksisosial Menarik Diripada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.
c) Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.
d) Alam perasaan
Alam perasaan pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
e) Afek
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.
f) Interaksi selama wawancara
Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk bicara dengan orang lain.
g) Persepsi
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri dan melamun.
h) Isi pikir
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
i) Proses pikir
Proses pikir pada klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam proses pikir.
j) Kesadaran
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri tidak mengalami gangguan kesadaran.
k) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat hal-hal yang telah terjadi.
l) Konsentrasi dan berhitung
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya tidak mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
m) Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
n) Daya tilik diri
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.
b) BAB / BAK
Kemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang.
c) Mandi
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri bisanya tidak memiliki minat dalam perawatan diri (mandi)
d) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasaya terganggu
8) Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan kadang-kadang mencedrai diri.
9) Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
10) Pengetahuan
Klien dengan Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri, kurang mengetahuan dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
11) Aspek medic
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan oleh klien selama perawatan.
2. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
a. Masalah Keperawatan
1) Perubahan persepsi - sensori : halusinasi
2) Isolasi Sosial : menarik diri
3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji
1) Perubahanm persepsi sensori : halusinasi
a) Data Subjektif
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
b) Data Objektif
- Klien berbicar dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
2) Isolasi sosial : menarik diri
a) Data obyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b) Data subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak
3) Gangguan konseps diri: harga diri rendah
a) Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri
b) Data subyektif
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa – apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
b. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.
4. Fokus Intervensi
a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi…. berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
· sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
· perkenalkan diri dengan sopan
· tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
· jelaskan tujuan pertemuan
· jujur dan menepati janji
· tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
· berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional :
· Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain.
· Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
· Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
· Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
· Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
· Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
· Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
· Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan social
Rasional :
· Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.
· Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan :
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
· K – P : Klien – Perawat
· K – P – P lain : Klien – Perawat – Perawat lain
· K – P – P lain – K lain : Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
· K – Kel/ Klp/ Masy : Klien – Keluarga/Kelompok/Masyarakat
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah
Tindakan :
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
· salam, perkenalan diri
· jelaskan tujuan
· buat kontrak
· eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
· perilaku menarik diri
· penyebab perilaku menarik diri
· akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
· cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
e) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
7) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Rasionalisasi : Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan obat, akan meminimalkan terjadinya ketidakefektifan pengobatan atau keracunan. Hal ini juga dimaksudkan untuk memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh dalam pengobatan) dengan kriteria evaluasi :
· Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar
· Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan perawat jika terjadi keluhan.
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat)
b) Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu)
c) Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
d) Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat dengan benar.
b. Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapetutik
b) sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c) Perkenalkan diri dengan sopan
d) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Jujur dan menepati janji
g) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
h) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Rasional :
· Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
· Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
· Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
c) Utamakan memberikan pujian yang realistic
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Rasional :
· Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah
· Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4) Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Rasional :
· Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
· Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
· Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
· Kegiatan mandiri
· Kegiatan dengan bantuan sebagian
· Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Rasional :
· Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien
· Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
· Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
Tindakan :
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Rasional :
· Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah
· Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
· Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
2. Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
3. Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998.
4. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
0 comments:
Post a Comment