Welcome to my blog !!!

Welcome to my blog !!!

Blog ini membahas tentang keperawatan, kebidanan, serta hal - hal umum lainnya...

Senang sekali jika anda mau berbagi pendapat dengan saya disini... ^^

Sunday 17 June 2012

STRES DAN ADAPTASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistic) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara psikologis. Usaha yang dilakukan organism untuk mengatasi stress agar terjadi keseimbangan  yang terus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah stress. Apabila kita mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task oriented), yang intinya untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress mengancam perasaan, kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada orientasi pembelaan ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut “mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan Ego ( Ego defence mechanism)”.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dengan  melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang pentingnya penyesuaian diri pada setiap individu, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu membahas tentang stress dan adaptasi.

C.    TUJUAN
1.      Menjelaskan pengertian stress dan adaptasi
2.      Menjelaskan penggolongan stres dan faktor yang mempengaruhi stres
3.      Menjelaskan sumber atau penyebab stress psikologis
4.      Menjelaskan tahapan-tahapan stres
5.      Menjelaskan reaksi tubuh terhadap stres dan cara yang perlu dilakukan oleh setiap individu dalam mengendalikan stres
6.      Menjelaskan tujuan dan jenis adaptasi
7.      Menjelaskan bentuk-bentuk mekanisme pertahana ego

D.    MANFAAT
1.      Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Psikologi Keperawatan
2.      Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penyusunan makalah dengan topic yang sama

BAB II
PEMBAHASAN
STRES DAN ADAPTASI

A.      STRES
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola hidup social religius berubah individualistis, materialistis, dan sekuler; pola hidup produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan etika hukum ke cara KKN.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental ( stressor psikososial ) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian karena tidak diamalkannya kehidupan religious dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja, dll.

1.    Pengertian Stres
a.      “Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” ( Dadang Hawari, 2001).
b.      “Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam; yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang “ (Soeharto Heerdjan, 1987).
c.      Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.
d.     “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” ( Maramis, 1999).
e.      Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh  Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud “Stres adalah ganguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.

2.    Penggolongan Stres
Apabila ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati Desminiarti (1990 ), dapat digolongkan sebagai berikut.
a.       Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.      Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
c.       Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit’
d.      Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur , fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.       Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f.       Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, social, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.       Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b.      Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

3.    Faktor Yang Mempengaruhi Stres
a.       Faktor biologis à Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal.
b.      Faktor psikoedukatif/sosio cultural à Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi.

4.    Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress psikologis, yaitu :
a.      Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya, dan sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsic (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
b.      Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
c.       Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu ranking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
d.      Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segera dioperasi.
Keadaan stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.

5.    Tahapan Stres
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress sebagai berikut :
a.       Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan , mampu meyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam
b.      Stres tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai
c.       Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit hidup kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.      Stres tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan , respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.       Stres tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panic.
f.       Stres tahap keenan (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

6.    Reaksi Tubuh Terhadap Stres
a.       Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b.      Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.       Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d.      Daya pikir
Kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
e.       Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stress nampak tegang, dahi berkerut, mimic nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).
f.       Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g.      Kulit
Pada orang yang mengalami stress, reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).
h.      Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastic sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paru-paru juga mengalami spasme.
i.        Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
j.        Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k.      Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress  faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
l.        Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m.    Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

7.    Cara Mengendalikan Stres
a.       Kenali penyabab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress. Apabila stress baru saja terjadi, mungkin anda bisa segera mengenali penyebabnya. Namun pada stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah anda lupakan atau bertumpuk-tumpuk dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya
b.      Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika Anda sudah merencanakanlah semua hal dengan baik, stres tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan. Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka.  Buatlah perencanaan yang baik untuk segala hal: bekerja, bersenang-senang, menikmati saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar. Hidup Anda bisa menjadi sangat menyenangkan atau sangat muram. Semuanya terserah Anda
c.       Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga dengan teratur dan jangan lupakan istirahat dengan cukup. Perbaiki kondisi kesehatan Anda. Mengatur pola makan dan berolahraga dengan porsi yang tidak tepat, kadangkala justru membuat tubuh Anda menjadi lemas. Lakukanlah dengan benar dan tidak berlebihan.
d.      Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan Anda tak dijaga, dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar Anda. Tidak ada salahnya menolak hal-hal yang tidak Anda sukai dan tunjukkanlah perasaan Anda pada orang lain. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
e.       Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan Anda, berkonsultasilah pada orang-orang terdekat Anda atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri Anda menderita stres terlalu lama.

B.       ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN DIRI)
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
1.      W.A.Gerungan (1996) menybutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.
2.      Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang di dapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (task oriented).

1.    Tujuan Adaptasi
a.       Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar
b.      Menghadapi tuntutan keadaan secara realistic
c.       Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif
d.      Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain :
a.       Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan).
b.      Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali.
c.       Kompromi (kesepakatan).
Contoh :
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras (terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi).

2.    Jenis Adaptasi
a.       Adaptasi Fisiologik, bisa terjadi secara local atau umum.
Contoh :
·         Seseorang yang mampu mengatasi stress, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
·         Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.
b.      Adaptasi psikologis, bisa terjadi secara :
·         Sadar : Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah
·         Tidak sadar : Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
·         Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress. Stres bisa  terjadi apabila  tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.

Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan ego yaitu sebagai berikut :
a.       Represi (melupakan isi kesadaran)
Yang paling dasar di antara mekanisme pertahanan lainnya. suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. represi terjadi secara tidak disadari.
b.      Denial (penyangkalan)
Memainkan peran defensif, sama seperti represi. orang menyangkal untuk melihat atau menerima masalah atau aspek hidup yang menyulitkan.
c.       Reaction Formation (melakukan tindakan yang berlawanan)
Salah satu pertahanan terhadap impuls yang mengancam adalah secara aktif mengekspresikan impuls yang bertentangan dengan keinginan yang mengganggu, orang tidak usah harus menghadapi anxietas yang muncul seandainya ia menemukan dimensi yang ini (yang tidak dikehendaki) dari dirinya. individu mungkin menyembunyikan kebencian dengan kepura-puraan cinta, atau menutupi kekejaman dengan keramahan yang berlebihan.
d.      Displacement (pemindahan)
salah satu cara menghadapi anxietas adalah dengan memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek “yang lebih aman”. misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan atasannya melampiaskan hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya
e.       Rasionalisasi
kadang-kadang orang memproduksi alasan-alasan “baik” untuk menjelaskan egonya yang terhantam. rasionalisasi membantu untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan membantu untuk melemahkan pukulan yang berkaitan dengan kekecewaaan. misalnya bila orang tidak mendapatkan posisi yang diinginkannya dalam pekerjaan, mereka memikirkan alasan-alasan logis mengapa mereka tidak mendapatkannya, dan kadang-kadang mereka berusaha membujuk dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya dia tidak menghendaki posisi tersebut.
f.       Sublimasi
Dari pandangan freud, banyak kontribusi artistik yang besar merupakan hasil dari penyaluran energi sosial atau agresif kedalam tingkah laku kreatif yang diterima secara sosial dan bahkan dikagumi. misalnya impuls agresif dapat disalurkan menjadi prestasi olahraga.
g.      Regresi (pemunduran)
Beberapa orang kembali kepada bentuk tingkah laku yang sudah ditinggalkan. menghadapi stress atau tantangan besar, individu mungkin sudah berusaha untuk menanggulangi kecemasan dengan bertingkah laku tidak dewasa atau tak pantas.
h.      Introyeksi
Mekanisme introyeksi terdiri dari mengambil alih dan “menelan” nilai-nilai standar orang lain. Contoh : seorang anak yang mengalami penganiayaan, mengambil alih cara orangtuanya menanggulangi stress, dan dengan demikian mengabadikan siklus penganiayaan anak. introyeksi dapat pula positif, bila yang diambil alih adalah nilai-nilai positif dari orang-orang lain

BAB III
KESIMPULAN

Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau biasa disebut dengan koping yang digunakan. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.