Welcome to my blog !!!

Welcome to my blog !!!

Blog ini membahas tentang keperawatan, kebidanan, serta hal - hal umum lainnya...

Senang sekali jika anda mau berbagi pendapat dengan saya disini... ^^

Saturday 5 May 2012

RAGAM KELAINAN PLASENTA DAN TALI PUSAT


A.       PLASENTA
1.         Plasenta Previa
Artinya, plasenta menutupi jalan lahir. Seharusnya posisi plasenta ada di atas atau tepatnya di sisi atas lapisan Nitabuch/Desidua (selaput lendir rahim). Plasenta previa terjadi karena plasenta tidak mau menempel di Nitabuch, lokasi bekas plasenta sebelumnya (kakaknya), bekas operasi, bekas terkena infeksi, atau pernah hamil kembar. "Dengan bahasa lain, plasenta menyukai dinding rahim yang masih mulus."
Gangguan ini bisa diketahui lewat USG sejak usia kandungan 17 minggu, walaupun sebenarnya ada kemungkinan letaknya berubah. Seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta bisa saja kembali ke posisi yang seharusnya. Bukan karena plasentanya berpindah, tapi pembesaran rahimlah yang membuat plasenta semakin tertarik ke atas. Sebaliknya, jika sampai usia kehamilan 36 minggu posisi plasenta masih tetap menutup jalan lahir, maka saat hari persalinan tiba, dokter akan melakukan tindakan sesar. Ini dilakukan demi keselamatan ibu maupun bayi.
Hanya saja, bagi ibu hamil yang telah terdeteksi mengalami plasenta previa disarankan tidak melakukan hubungan intim selama kehamilan, selain juga jangan terlalu capek, dan jika terjadi perdarahan harus segera ke dokter.

2.         Plasenta Lengket
Ini adalah kasus yang cukup gawat karena bisa menyebabkan perdarahan yang berakhir dengan pengangkatan rahim. Pada keadaan ini, trofoblas atau jaringan-jaringan plasenta yang berfungsi mengangkut makanan dan oksigen untuk bayi tidak pada posisi seharusnya atau menempel dan berada di lapisan Nitabuch, tapi malah menembus lapisan Nitabuch hingga ke otot rahim.
Kasus plasenta lengket dibedakan menjadi tiga, yaitu plasenta pakreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta. Untuk kasus plasenta perkreta jaringan atau pipa pembuluh darah plasenta sampai menembus ke usus. Tembusnya jaringan atau pipa-pipa pembuluh darah tersebut keluar Nitabuch bisa disebabkan banyak hal, yaitu ibu punya anak lebih dari lima (plasenta tidak mau berada di lapisan dinding rahim yang sudah rusak), sering dikuret, sering infeksi, sering keguguran, bekas sesar, pernah plasenta previa, atau pernah melakukan operasi miom.
Namun jangan panik, kasus ini bisa dideteksi sejak dini dengan USG berwarna, baik yang 2 dimensi maupun 4 dimensi. Namun demikian, dokter tetap tidak bisa mengubahnya. Jadi, USG hanya berguna sebagai alat pemantau. Jika semakin parah, ibu terpaksa dioperasi dan diangkat rahimnya. "Jika tidak, ibu akan mengalami perdarahan yang sangat hebat yang bisa menyebabkan kematian ibu dan jabang bayi." Sekalipun demikian, akan diusahakan untuk melakukan operasi setelah janin berusia 38 minggu.

3.         Tumor Plasenta
Yang dimaksud adalah jika pada plasenta terdapat benjolan. Menurut Judi, tumor yang ganas bisa merusak dan menembus Nitabuch, lalu berkembang hingga ke bagian luarnya. Untuk menghilangkannya, kandungan ibu bisa-bisa harus diangkat. Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui penyebab munculnya tumor pada plasenta. Begitu pula, belum ditemukan obat yang bisa menghalaunya, kecuali dilakukan operasi berbarengan saat melahirkan. Sekalipun begitu, tumor plasenta bisa dideteksi sejak usia kandungan 18 minggu dengan USG dua dimensi.
Bila tumornya besar/ganas tentu saja berdampak bukan cuma pada ibu, tapi juga pada si bayi. Misalnya, terjadi perdarahan, gangguan aliran darah ke bayi, atau penyebaran keganasan.
Persalinannya bisa ditunggu sampai cukup bulan, juga bisa lewat jalan lahir normal. Bila tumor tersebut menghalangi jalan lahir atau terjadi gawat janin akibat gangguan aliran darah, persalinan dilakukan lewat operasi sesar.

4.         Plasenta Kembar atau Bilobata
Kasus plasenta kembar bisa menyebabkan perdarahan kala ibu memenjalani persalinan. Pasalnya, dokter/bidan yang menangani biasanya tidak mengira ibu memiliki dua plasenta, sehingga setelah plasenta pertama keluar menyusul kelahiran bayi, plasenta satunya dibiarkan tertinggal di dalam. Inilah yang menyebabkan terjadinya perdarahan, infeksi, dan ukuran rahim tetap besar sekalipun telah lewat 40 hari.
Fungsi si kembar ini sama dengan plasenta umumnya, yaitu menyuplai makanan ke bayi. Penyebabnya sendiri hingga saat ini tidak ada yang tahu. Namun, ibu tetap bisa melahirkan secara normal jika letak kedua plasentanya di atas.
Sekalipun bisa dideteksi dengan USG, baik dokter atau bidan yang menolong persalinan harus meneliti bentuk plasenta ibu. Jika di situ ditemukan selaput ketuban, baik ada atau tidak ada pembuluh darah yang putus, berarti semuanya oke. Namun jika sebaliknya, kemungkinan ada kembaran plasenta yang masih tertinggal di dalam.

B.       TALI PUSAT
1.         Di Luar Ukuran Normal
Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran biasanya ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang pernah ditemui sekitar 300 cm.
Tali pusat terlalu pendek atau  terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap pemberian makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek atau terlalu panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. "Pada saat persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir biasanya naik lagi karena tertahan tali pusat ini. Tiap kali janin akan turun, tali pusat semakin kuat menahan. Ini biasanya terlihat selama proses persalinan, dengan tidak terjadinya kemajuan pada penurunan janin. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi terlepasnya plasenta sebelum janin lahir
·      Tali Pusat Pendek
Kasus ini sekalipun tidak terlalu berat, belum bisa terdeteksi oleh alat canggih manan pun. Penyebabnya, kata Judi, tali pusat di dalam rahim melilit-lilit, sehingga sangat tidak mungkin untuk diukur dari luar.
Panjang tali pusat, normalnya 50-60 cm. Bila di bawah 40 cm berarti pendek. Nah, jika kasusnya seperti ini, mau tidak mau proses persalinan harus dilakukan dengan cara sesar karena bayi tidak akan bisa mencapai jalan lahir. Kecuali kalau tali pusatnya berada di bawah, si bayi bisa dilahirkan normal. "Bila plasenta berada di atas dan bayi dipaksa keluar lewat jalan lahir, maka rahim bisa ikut tertarik atau inversio uteri." Di Indonesia kasus ini cukup banyak ditemukan.
·      Tali Pusat Panjang
Sebaliknya, tali pusat dikatakan panjang jika lebih dari 60 cm. Ukuran ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena persalinan bisa dilakukan secara normal. Bahaya baru terjadi jika tali pusat yang panjang itu melilit leher janin.
Kasus seperti ini untungnya bisa dideteksi dengan alat USG dua dimensi. Lagi pula, belum tentu lilitan itu berlangsung hingga waktu persalinan tiba, karena janin di dalam rahim selalu bergerak, sehingga ada kemungkinan ia terlepas dari lilitan. Hanya saja, setelah itu masih ada kemungkinan ia akan terlilit lagi.

2.         Kelainan Insersi
Insersi adalah tempat masukan (muara) yang menempel ke plasenta. Normalnya, insersi tali pusat di plasenta terletak di tengah. Tetapi dalam keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat yang letaknya di tepi plasenta (plasenta battledore) dan insersi tali pusat letaknya jauh di luar plasenta, yaitu di daerah membran (insersi velamentosa).
·       Insersi tali pusat Battledore
Pada kasus ini tali pusat terhubung ke paling pinggir plasenta seperti bet tenis meja.  Insersi yang terletak di tepi plasenta tidak berpengaruh buruk pada janin sebab pada umumnya dalam hal pemberian makanan dan oksigen ke janin tidak berpengaruh. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
·       Insersi tali pusat Velamentous
Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
Insersi velamentosa bisa berbahaya bila terjadi vasa previa, jika ketuban pecah, dan pembuluh darah tersebut ikut pecah yang berarti pula terjadi perdarahan dari janin. Gejala klinis vasa previa adalah ketuban pecah diikuti perdarahan, dan terjadi gawat janin. Kematian janin pada pecahnya vasa previa mencapai 60-70%. "Kematian pada janin ini disebabkan perdarahan yang berasal dari janin dan keterlambatan mengetahui bahwa perdarahan berasal dari vasa previa. Umumnya bila pada pemeriksaan dijumpai adanya vasa previa, kehamilan diakhiri dengan bedah sesar sebelum terjadi pecahnya selaput ketuban

3.         Kelainan Diameter
Yang dimaksud diameter tali pusat adalah ukuran besar tali pusat. Tak dapat dipastikan berapa sebenarnya ukuran normal karena pada setiap bayi berbeda-beda. Lagi pula lebar diameter ini tidak dapat dipatok dengan ukuran sentimeter, karena belum ada metode khusus untuk mengukur diameter tali pusat. Umumnya besar diameter sesuai dengan perkembangan bayi "Contoh, bila bayinya besar, tentu diameter tali pusatnya besar. Sedangkan bila janin kecil, dengan sendirinya diameter tali pusatnya sesuai ukuran tubuhnya. Yang menjadi problem, bila diameter tali pusatnya dianggap kekecilan untuk ukuran janin karena dapat berpengaruh pada penyaluran oksigen dan darah." Pada janin dengan perkembangan yang terhambat biasanya diameter tali pusatnya juga kecil.
Metode khusus untuk mengetahui apakah aliran darah tali pusat cukup atau kurang adalah dengan cara pemeriksaan dopler aliran darah tali pusat. Bila aliran darah tali pusat terhambat, bisa menimbulkan gangguan perkembangan pada janin.

4.         Terlilit Tali Pusat
Lilitan tali pusat umumnya terjadi sebelum kehamilan cukup besar. Paling sering pada trimester kedua dimana bayi masih bisa bergerak dengan aktif dan leluasa. Bahkan terkadang melakukan gerakan ekstrem seperti bersalto. Bila tali pusatnya panjang, kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat ini bisa terjadi di leher, di bahu atau di lengan dan tidak selalu berakibat buruk.
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Namun jika lilitan tali pusat terjadi berkali-kali, sementara tali pusatnya tidak panjang, ini yang bisa berdampak buruk pada bayi. Sebab saat bayi turun ke bawah, tali pusat bisa menahannya untuk turun. "Umumnya dokter langsung memutuskan untuk sesar."
Lilitan tali pusat pada leher sangat riskan, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. "Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin."
Meski lilitan tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, dokter dapat saja membiarkan sampai proses persalinan tiba. "Karena lilitan tali pusat tidak bisa dilepas. Yang dilakukan dokter adalah memantau dan memberitahu si ibu."
Lilitan tali pusat di leher sekalipun tak harus berujung pada sesar. "Tapi proses persalinan dipantau  ketat. Dalam persalinan kala satu, observasi denyut jantung dengan alat kardiotokografi sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi gangguan pola denyut jantung janin." Bila pola denyut jantung terganggu, persalinan diakhiri dengan bedah sesar. Karena jika dipaksa lahir dengan normal, bisa berdampak buruk pada janin.
Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
·       Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
·       Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
·       Panjangnya tali pusat
Dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.

Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
·       Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
·       Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
·       Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
·       Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.

5.         Berbenjol – Benjol
Lazimnya, tali pusat seperti selang yang licin dan mulus. Tapi adakalanya ditemui tali pusat yang berbenjol-benjol dengan banyak simpul atau sedikit terpuntir. Umumnya disebabkan gerakan janin yang begitu aktif sehingga terjadi simpulan yang berulang kali.
Bila simpul-simpul ini masih membentuk rongga tak akan jadi masalah sebab pasokan oksigen dan nutrisi masih dapat diterima janin. Yang jadi masalah, apabila simpul-simpul ini sedemikian eratnya sehingga menutup sama sekali pembuluh darah, maka dapat berdampak pada kematian janin dalam rahim. Kejadian ini sangat jarang karena umumnya gerakan bayi yang berpindah terus justru bisa membuka simpul-simpul pada tali pusat.

6.         Lama Waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat
Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :
·      Timbulnya infeksi pada tali pusat disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.
·      Cara perawatan tali pusat
Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
·      Kelembaban tali pusat
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
·      Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus
Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

7.         Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.

8.         Pembuluh Darah Dalam Tali Pusat Kurang
Normalnya, tali pusat memiliki tiga pembuluh darah; dua pembuluh darah arteri dan satu pembuluh darah vena. Nah, kalau salah satunya tidak ada, maka janin kemungkinan mengalami kelainan kromosom. Hal ini akan mengakibatkan bayi yang dilahirkan mengalami kelainan pula, seperti retardasi mental, Sindroma Down, hingga jantung bocor.

9.         Tumor Tali Pusat
Tumor pada tali pusat sering berkaitan dengan kelainan bawaan (kromosom) pada janin. Bila bayi ditemukan cacat berat, sebaiknya bayi tersebut dilahirkan secepatnya.
Sekalipun begitu benjolan pada tali pusat yang merupakan tumor biasanya sudah bisa dideteksi sejak dini lewat USG.


 

8 comments:

  1. lepasnya tali pusat jika dirawat brapa lama? lalu jika tidak dirawat lepasnya maksimal berapa lama? terima kasih

    ReplyDelete
  2. Saya mengalami IUFD saat kandungan saya 6 bln akibat bayi yg terlalu aktif dan tali pusat yang panjang.
    Apa yg menyebabkan bayi bisa terlalu aktif dalam kandungan?
    Faktor apa yg menyebabkan panjangnya tali pusat?
    Apa yg menyebabkan polihidramnion?
    Terima kasih.

    ReplyDelete
  3. Mohon penjelasan mengenai tali pusat yg robek sehingga menyebabkan pendarahan pada ibu di usia kehamilan 12 minggu

    ReplyDelete
  4. Tertanamnya tali pusat itu biasa disebut apa ko bisa

    ReplyDelete
  5. Glad to visit your blog. Thanks for great post that you share to us...

    ReplyDelete
  6. Its really wonderful and watchable. I like to share it with all my friends and hope they will definitely like it.

    ReplyDelete